Sabtu, 14 Februari 2009

CERITA SATU MALAM

Sesosok bayangan nampak di depanku. Bayangan itu terus mendekat. Sepertinya hati kecilku berkata agar aku menjauh dari tempat itu. Perasaanku tak nyaman seperti akan terjadi sesuatu yang mengerikan menimpaku. Sosok itu semakin jelas dan hati kecilku terus berontak untuk pergi dari tempat itu dan bersembunyi di balik semak-semak rimbun yang ada dibelakangku.

Booooooooooommmmm...

Suara jantungku memacu cepat berpacu dengan perasaanku yang berubah drastis tidak normal. Aku kaget bayangan yang tadi samar-samar telah berada didepanku. Mengaum bagaikan harimau kelaparan yang tak pernah mendapatkan mangsanya.

Kakiku gemetar, mukaku pucat pasi, jantungku berpacu tiada berhenti seperti mobil kencang remnya blong. Sepertinya aku tidak bisa bergerak lagi. Aku mati rasa, fikiraku melayang tak menentu. Sosok yang ada di depanku persis seperti sosok yang mengejarku di malam itu.

Malam itu aku berjalan sendiri sehabis pulang memancing di sungai dalam rangka mencari lauk pauk buat besok pagi. Seperti biasa aku bernyanyi riang pada saat memegang hasil memancingku besar. Kusulut rokok kretek yang tak pernah lupa kubawa, yah sebagai penghilang sepi.

Terdengar suara berisik di semak belukar yang tak bertuan. Bulu kudukku merinding seperti terkena sengatan listik 1000 volt. Langkahku semakin cepat mengejar kesunyian yang terasa semakin mengerikan.

Sekarang aku memasuki jalan setapak yang disampingnya adalah kawasan kuburan tua tang katanya sudah berumur ribuan tahun.Tidak seperti biasanya aku melawati wilayah itu terasa sangat mengerikan. Terdengar bunyi burung hantu yang menambah ngerinya malam itu. Tak ada pilihan selain mempercepat langkahku. Pun aku berlari rasanya kakiku sangat lambat berjalan, kakiku terasa berat. Kulihat samping kanan dan kiri tetapi yang terlihat hanyalah kegelapan yang menampakkan bayang-bayang pepohonan yang berdiri seperti sosok-sosok hantu.

Aku terus berjalan menyusuri jalan setapak yang tak kunjung sampai pada jalan utama. Aku lelah, tenagaku rasanya sudah habis. Ikan yang tadi kupegangpun sudah berbau, karena sudah terlalu lama kupegang.

Rasanya kakiku tidak bisa kuangkat. Berat seperti memikul beban puratusan kilogram. Kulihat kebawah tidak ada apa-apa selain bayangan sandal putih yang kupakai. Bulu kudukku kembali berdiri seperti tentara kedatangan komandan. Kuliahat lagi kakiku... mataku melotot diiringi teriakan mulutku yang tak terkontrol lagi. Aku memekik, aku meloncat, aku memberontak, badanku bersimbah keringat yang seharusnya kukeluarkan esok hari waktu kupergi kesawah. Sepasang tangan memegang kakiku. Mencekik pergelangan kakiku. Aku berusaha melawan kekuatan sepasang tangan yang tidak tahu asalnya. Tangan itu hitam legam dan otot-otonya menampakkan kebengisan.

Kupukulkan pancing yang ada ditanganku sekuat-kuatnya, sampai kailku menjadi beberapa potong karena tidak kuat dengan pukulan yang kutujukan pada tangan itu. Akhirnya tangan itu lepas, tetapi, tangan itu keluar dari tanah. Mengerikan....

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangan itu telah membawa badannya yang ternyata berasal dari dalam tanah. Tanah terbongkar, terpisah menjadi serpihan kecil. Aku berlari sekuat tenaga menggapai jalan utama. Aku tersesat karena aku lupa kemana arah yang harus aku tempuh. Sosok tadi terus mengejarku dengan langkah yang lebar dan hentakkan yang keras seperti mau memecah bumi ini.

Aku merasa sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Aku bersembunyi dibalik semak rimbun. Saat itu juga suara yang mengejarku hilang lenyap. Pun suara itu hilang jantungku terus berdetak tidak karuan. Aku duduk sambil merangkul kakiku dengan kuat, dan badanku bergetar karena masih merasa ketakutan.

Hatiku sudah mulai tenang, jantungku sudah mulai normal, dan perasaanku sudah mulai membaik walaupun masih merasa ngeri.

Aku mengintip ke arah sosok mengerikan tadi berlari dan hilang diantara celah-celah semak. Ternyata sosok itu benar-benar hilang tanpa bekas. Aku begegas berdiri dan siap berlari sambil terus melihat ke arah belakang. Saat aku berlari badanku terpental beberapa meter karena hantaman yang sangat keras dari arah depan yang sejak tadi tidak kuperhatikan. Kulihat ke depan, wow sosok yang sangat indah sehingga tidak bisa kukatakan bagaimana indahnya karena tidak ada bentuk sama sekali. Ternyata itu sosok yang tadi hilang telah berdiri kokoh seperti tembok didepanku.

Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Badanku terasa sakit akibat benturan itu. Mahluk itu mendekat dan mengangkat tangannya menampakkan kuku-kuku panjang yang yak pernah terurus. Kuku itu dihantamkan kearah perutku dengan tenaga penuh. Wusssss....ternyata meleset karena aku sempat mengelak. Tetapi tidak untuk kali ini, karena kakinya yang bergerak seperti pemain bola. Booom...badanku terkena tendangan keras mematahkan tulang rusukku. Mahluk itu mendekat dan siap menusukkan kuku-kuku panjang itu. Aku hanya mampu melihat itu tanpa bisa berbuat apa-apa, dan crasssss....bunyi benda tajam menusuk kulit. Darah mengucur deras mengenai badanku. Mahluk itu tumbang persis di atas badanku, terguling begitu saja.

Seseorang berdiri didepanku sambil memegang tombak yang berkilau putih. Dan setelah itu aku sudah tidak tahu apa-apa.

Sosok yang kutemui malam itu persis seperti sosok yang kutamui malam ini, yang berbeda hanya hari dan waktu. Sosok itu memegang leherku dan terus merapatkan rentangan jarinya menghimpit leherku. Nafasku mulai terganggu karena himpitan itu, mataku melotot seperti mau maloncat dan krak...krak...krak...leherku patah. Aku mati saat itu juga.

Woooiiiii.......banguuuuuuuuuuunnnnn.....ini sudah 07.30. cepat sekolah.

Tidak ada komentar: